Banner BAPETEN
Focus Group Discussion Pemutakhiran Tingkat Panduan Diagnostik Indonesia untuk Radiografi Umum, CT-Scan, dan Fluoroskopi
Kembali     01 Agustus 2025 | Berita BAPETEN | 62 lihat

BAPETEN menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) pemutakhiran Tingkat Panduan Diagnostik (TPD) Indonesia pada Jumat, 1 Agustus 2025. Kegiatan ini merupakan FGD kedua kalinya untuk memperbarui TPD Indonesia khususnya pemeriksaan Radiografi Umum, CT-Scan, dan Fluoroskopi.

FGD yang dilakukan secara daring ini diikuti oleh perwakilan Kementerian Kesehatan, PRTKMMN-BRIN, PERSI, berbagai organisasi profesi dan institusi pendidikan, seperti PDSRI, PERKI, PIKI, AFISMI, PARI, Universitas Indonesia, Poltekkes Semarang, serta unit kerja teknis dari BAPETEN.

Kepala Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan (P2STPFRZR) Dedik Eko Sumargo dalam pembukaannya menyampaikan pentingnya pembaruan nilai tingkat panduan diagnostik Indonesia. “Pemutakhiran nilai TPD Indonesia yang telah disepakati akan diterbitkan di akhir bulan Agustus dan diluncurkan pada 3 September 2025 bersamaan dengan acara Seminar Keselamatan Radiasi pada Paparan Medik (Sekarpadi),” ujarnya.

Acara dilanjutkan dengan pengantar dari Pengelola Kegiatan Kelompok Fungsi Pengkajian Kesehatan Rusmanto. Ia menyoroti perlunya kesepakatan dari nilai-nilai TPD nasional yang diusulkan, penjadwalan kembali reviu selanjutnya, perbaikan data dengan perbandingan UNSCEAR dan AFISMI, tindak lanjut kesepakatan nama protokol pemeriksaan, dan penambahan data terutama untuk pemeriksaan spesifik tertentu atau pemeriksaan pediatrik.

imgkonten imgkonten

Materi utama disampaikan oleh Pengawas Radiasi Madya dan Ketua Kelompok Kerja Implementasi TPD Indonesia Endang Kunarsih. Ia menyampaikan profil hasil analisis TPD Indonesia untuk Radiografi Umum, CT-Scan dan Fluoroskopi.

Selain menyampaikan perkembangan terkini, FGD ini juga membahas hasil FGD pertama yang sebelumnya digelar. Pada FGD pertama, telah disepakati pentingnya memperbarui nilai Tingkat Panduan Diagnostik Indonesia (TPDI) yang ditetapkan tahun 2021–2022. Salah satu tindak lanjut konkret adalah upaya “jemput bola” ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mempercepat dan memperbanyak pengumpulan data dosis pasien.

Penambahan data yang berhasil dikumpulkan bahkan mencapai sekitar 40 persen. Data tersebut kini digunakan untuk menghitung nilai-nilai TPD yang lebih representatif.

Tim TPD Indonesia 2025 juga memaparkan usulan nilai TPD terbaru untuk berbagai jenis pemeriksaan CT Scan, radiografi umum, dan fluoroskopi. Dibandingkan dengan data tahun 2021, sebagian besar nilai CTDI (Computed Tomography Dose Index), DLP (Dose Length Product), ESAK (Entrance Surface Air Kerma), dan INAK (Incident Air Kerma) mengalami penurunan. Ini menunjukkan arah perbaikan dalam optimasi dosis radiasi bagi pasien.

imgkonten imgkonten

Sebagai contoh, pada pemeriksaan CT Abdomen Kontras, nilai CTDI tahun 2021 sebesar 20 mGy kini diturunkan menjadi 14,1 mGy, dan nilai DLP dari 1360 menjadi 1069. Sementara itu, pada radiografi umum seperti Chest PA, nilai ESAK turun dari 0,4 mGy menjadi 0,24 mGy.

Selain membandingkan dengan data Indonesia, tim juga memaparkan benchmarking internasional dari negara-negara seperti Australia, Korea, Jepang, hingga Jerman. Hal ini menjadi bagian dari upaya menjaga TPDI Indonesia tetap sejalan dengan standar internasional. Kemudian, dengan adanya nilai TPD nasional, maka akan ada penerimaan dan apresiasi yang baik di tingkat internasional.

FGD ini juga menegaskan bahwa TPD Indonesia bukan merupakan batas maksimum dosis pasien, melainkan alat bantu evaluasi untuk mengoptimasi paparan radiasi sehingga pasien menerima dosis sesuai dengan kebutuhannya.

imgkonten

Pada FGD ini telah dicapai kesepakatan bahwa nilai-nilai yang diusulkan diterima untuk menjadi nilai TPD Indonesia berikutnya. Selain itu, beberapa hal yang harus ditindaklanjuti adalah perlunya pembahasan khusus untuk mencapai kesepakatan prosedur atau nomenklatur jenis pemeriksaan, pertimbangan jenis dan merk modalitas yang berbeda, teknologi pencitraan, pengaturan standar indikator dosis di modalitas, kepastian penelusuran pengukuran dosis radiasi, dan pengembangan pola pembinaan melalui workshop, pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis mengenai pencatatan dosis, perhitungan dosis, pelaporan dosis, analisis/audit dosis, serta optimisasi dosis pasien. [P2STPFRZR/Herman/BHKK/Da]


Komentar (0)


Tautan BAPETEN

mkananmenu_2024-02-26-145126.png
mkananmenu_2021-04-19-125003.png
mkananmenu_2021-04-19-125235.png
mkananmenu_2021-08-25-114254.png
mkananmenu_2024-03-25-135103.png
mkananmenu_2024-05-15-171035.jpeg

Feedback

GPR Kominfo

Memuat berita GPR Kominfo...

Video

Tautan Internasional